Bubur Asyura Tradisi Suku Banjar Memperingati 10 Muharram

Kamis, 21 November 2013

| | |

Sore menjelang maghrib 10 Muharram 1435 H/16 November 2013 M

“Bubur Asyuranya ding” (bubur asyuranya dek) seketika aku menoleh pada pemilik suara tadi, berbalik arah setelah selesai mengunci pintu toko usaha keluarga ini. Sejenakku amati pemilik suara itu berpeci, baju koko lengkap dengan sarungnya sambil mengulurkan satu mangkuk kecil berisi bubur asyura dalam plastik.

“Gasan ulun kah?” (buat saya?) balasku yang keheranan.
“iya gasan ading” (iya, buat adek)

“Dari mana ini? Ooo pesantren tahfidz dihiga ulun yang bubuhan hadramaut itu kah?” (Dari mana ini? Dari pesantren tahfidz disebelah (yang dipangku orang-orang lulusan Hadramat, Yaman, Timur tengah ) ya?) tanyaku lagi yang baru mengerti sosok ini datang dari mana.

“Inggih” (iya)

“Makasih lah” (Terima kasih)

Pulang kerumah sudah ada 2 mangkuk bubur asyura juga di atas meja makan¸wah wah bukan aku saja yang dapat bubur asyura nih. Ibu yang membuat bubur dengan ibu-ibu pengajian membawa bubur yang telah dibuat bersama-sama dan kakak yang dapet bubur dari surau sebelah.

Apaan sih bubur asyura? Kok 10 muharram malah bagi-bagi bubur? Kan anjurannya puasa kok malah pada makan bubur?

Eeeiiitss jangan salah paham dulu nih. Itu bubur juga dimakannya setelah adzan maghrib lah. Ini adalah tradisi masyarakat banjar melayu yang memang dari jaman beauhula sudah dilakukan. Sejarahnya gimana sih? Dan kenapa harus bubur coba? Kenapa bukan soto banjar atau ketupat kandangan sekalian? Kan katanya ini adalah budaya yang turun temurun, makanan khas kalsel kan yang paling trend soto banjar sama ketupat kandangan. Wah kenapa ya? Kita tilik langsung aja deh asal usul bubur asyura ini.

Di kalangan suku Banjar yang merupakan muslim Sunni di Kalimantan, Hari Asyura diperingati dengan membuat bubur Asyura yang terbuat dari beras dan campuran 41 macam bahan yang berasal dari sayuran, umbi-umbian dan kacang-kacangan. Bubur Asyura tersebut akan disajikan sebagai hidangan berbuka puasa sunah Hari Asyura.

Asyura merupakan peringatan hal-hal di bawah ini dimana Muslim, khususnya Sunni percaya terjadi pada tanggal 10 Muharram.
·        Bebasnya Nabi Nuh dan ummatnya dari banjir besar.
·        Nabi Ibrahim selamat dari apinya Namrudz.
·        Kesembuhan Nabi Yakub dari kebutaan dan ia dibawa bertemua dengan Nabi Yusuf pada hari Asyura.
·        Nabi Musa selamat dari pasukan Fir'aun saat menyeberangi Laut Merah.
·        Nabi Isa diangkat ke surga setelah usaha Roma untuk menangkap dan menyalibnya gagal.



Pembuatan bubur asyura ini diperingati untuk mengenang sekaligus mengambil hikmah dari berbagai peristiwa bersejarah bagi kaum Muslim sejak Nabi Adam alaihi salam (AS), manusia pertama yang diciptakan Allah SWT hingga kenabian Muhammad SAW, rasul terakhir sampai akhir zaman.
Disebutkan dalam kitab:

1. Nihayatuz Zain (Syeikh Nawawi)
2. Nuzhatul Majalis (Syeikh Abdul Rahman Al-Usfuri)
3. Jam’ul Fawaid ( Syeikh Daud al-Fatani)

Bahwa ketika bahtera Nabi Nuh berlabuh di Bukit Judi, baginda menyuruh kaumnya mengumpullkan barang makanan yang ada. Antara bahan yang dapat dikumpulkan ialah kacang baqila’/ kacang ful, kacang adas, ba’ruz , tepung , kacang hinthoh dan lain-lain. Semuanya ada tujuh jenis bijian lalu dimasak.

Dalam syair Imam Ibnu Hajar al-Asqalani pula dinyatakan:
“Pada Hari ‘Asyura ada 7 yang dimakan yaitu gandum (tepung), beras, kemudian kacang mash (kacang kuda), dan kacang adas (kacang dal). Dan kacang himmash (kacang putih), dan kacang lubia (sejenis kacang panjang) dan kacang ful.”

Tentunya karena bukan hadis nabi yang shahih tradisi ini bukanlah merupakan sesuatu yang bersifat Sunnah Rasul namun tidaklah jadi kesalahan kepada siapa saja yang ingin memasak, menjamu atau memakan bubur yang dinamakan bubur ‘Asyura itu. Sementara itu, sejumlah ulama atau pemuka agama Islam suku Banjar selalu mengingatkan, pembuatan bubur asyura bukan perintah Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW, tapi hanya sebuah tradisi. Oleh karena itu kaum Muslim berhati-hati dalam menyikapi hari asyura ataupun niat dalam pembuatan bubur asyura agar jangan sampai menimbulkan kesyirikan atau kemusyrikan. Pergunakan tradisi ini untuk memperolah pahala bersilaturrahim, pahala bergotong-royong, pahala memberi orang makan, dan menunjukkan indahnya persaudaraan umat Islam.

Wallahu’alam bi shawab

0 komentar: